Rabu, 22 April 2015

One Day One Hadist ( odoh 252) Bolehnya Memanjangkan Shalat Magrib



عن جُبَيرِ بن مُطْعِمٍ رَضي الله عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ النَبيَّ صلى الله عليه وسلم  يَقرأ في المَغْرِبِـ " الطورِ

Dari Jubair Bin Muth’im – Radhiyallahu ‘anhu – dia  berkata “  Aku mendengar Rasulullah –Shalallahu ‘alaihi wasalam-  ketika shalat magrib membaca surat At thuur ( Mutafaqun “alaihi)

MAKNA DAN FAEDAH HADIST : 
 
1.     Kebiasaan shalat Rasulullah adalah memanjangkan bacaan ketika shalat subuh dan memendekannya ketika shalat magrib, dan sedang-sedang ( antara panjang dan pendek) pada shalat selain keduanya .

2.     Kadang beliau meninggalkan kebiasaan tersebut dengan memendekkan yang semestinya panjang dan sebaliknya untuk menunjukkan kebolehannya dan tujuan yang lainnya sebagaimana hadist diatas.


3.     Rasulullah pernah membaca surat at thuur dalam shalat magribnya dimana surat ini termasuk surat yang panjang


4.     Disyariatkannya membaca keras ketika shalat magrib


5.     Bolehnya memanjangkan bacaan surat pada shalat magrib.


Dinukil dr : Kitab Taisirul ‘Alam syarah ‘Umdatul Ahkam, Karya Abdullah Shalih Alu Bassam, Kitab As Sholat, Bab qiroatu fis shalat  , hadist no : 96  Jilid 1, hal: 162 Cet. Maktabah Ar Rossyid Riyadh – KSA

One Day One Hadist ( odoh 251) Bacaan Surat Dalam Shalat




عَنْ أبي قَتادةَ الأنصَاري رضي الله عَنْهُ قَال: كان رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم  يقرأ في الركعتين الأولَيَيْن مِنْ صَلاةِ الظُّهْر بِفَاتِحَةِ الكِتَابِ وسُورَتين، يُطَوّلُ في الأولَى ويُقَصِّرُ في الثانِيةِ يُسْمِعُنَا الآَيَةَ أَحْيَاناً. وكان يقرأ في  العصرِ بِفَاتِحَةِ الكِتَاب وسُورَتين، يطَوّلُ في الأولَى ويُقصّر في  الثانِيَةِ، وفي الركعَتين الأُخْريين بأم الكِتَابِ، وَكان يُطَوّلُ في الركعَةِ الأولَى في صَلاةِ الصُّبْحِ وَيُقصِّـرُ في الثانيةِ.

Dari Abu Qotadah Al Anshory  Radiyallahu ‘anhu dia berkata : “ Rasulullah membaca surat Al fatihah dan dua surat ( yang lainnya ) pada dua rakaat awal shalat dhuhur, beliau panjangkan bacaaanya pada rakaat pertama dan lebih pendek  pada rakaat kedua terkadang kami mendengarkan ayat yang beliau baca, , dan beliau membaca surat al fatihah dan dua surat lainnya ketika shalat asyar, beliau memanjangkan bacaan pada rakaat pertama dan lebih pendek pada rakaat kedua , dan pada dua rakaat terakhir beliau hanya membaca Al Fatihah, beliau juga biasa memanjangkan bacaan pada rakaat pertama pada shalat subuh dan memendekkan pada rakaat keduanya ( Mutafaqun Alaihi ) 

Makna dan faedah Hadist :
1.     Rasulullah ketika shalat senantiasa memperhatikan kemaslahatan secara umum, karena itu termasuk kebiasaan beliau adalah membaca surat lain dari Al Qur’an setelah Al Fatihah pada rakaat yang pertama dan kedua dishalat dhuhur dan asyar, dan tidak membacanya surat selain al fatihah di rakaat dua terakhir ( rakaat 3 dan 4 pent.)

2.     Disyariatkannya membaca surat/ayat setelah membaca Al Fatihah pada 2 rakaaat pertama ketika shalat dhuhur dan asyar


3.     Disunnahkan mencukupkan bacaan Al Fatihah pada 2 rakaat terakhir ketika shalat dhuhur dan asyar ( rakaat 3 dan 4 )

4.     Memanjangkan bacan pada rakaat pertama dari pada rakaaat kedua ketika shalat dhuhur dan asyar.

5.     Sunnahnya bacaan sirr (samar-samar)  pada dua shalat ini .


6.     Sunnahnya memanjangkan bacaan rakaat pertama dari rakaat kedua ketika shalat subuh.

7.     Berkata Imam Nawawi :” sisi yang kedua disunnahkan sengaja memanjangkan bacaan pada rakaat pertama “ ini adalah pendapat yang terpilih yang sesui dengan dzahirnya sunnah.
Dinukil dr : Kitab Taisirul 'Alam syarah 'Umdatul Ahkam, Karya Abdullah Shalih Alu Bassam, Kitab As Sholat, Bab qiroatu fis shalat  , hadist no : 95 ‫  Jilid 1, hal: 161 Cet. Maktabah Ar Rossyid Riyadh – KSA‫

One Day One Hadist (ODOh 250) Wajibnya Membaca Al Fatihah



عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ رَضيَ الله عَنْهُ أنَّ رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم قال : " لا صَلاةَ لِمَنْ لمْ يَقْرأ بِفَاتِحَة  الكِتَاب ".


Dari ubadah bin shamit bahwasannya Rasulullah - shalallahu alaihi wasalam- bersabda : " tidak sah shalat seseorang yang tidak membaca Al Fatihah " ( mutafaqun alaihi )


Makna Dan Faedah Hadist :
1. Wajibnya membaca Al Fatihah disetiap rakaat shalat dan tidak bisa diganti dgn bacaan lain ketika dia mampu utk membacanya.
2. Batalnya shalat yg tidak membaca Al Fatihah dengan sengaja krn jahil maupun lupa, krn ini merupakan rukun shalat, dan rukun 2 dalam shalat tidak bisa digugurkan secara mutlaq.
3. Adapun bagi makmu jika shalatnya sirriiyah (bacaan imam tdk dikeraskan seperti dhuhur asyar, 1rakaat akhir mahrib dan 1 rakaat akhir isya' ) maka wajib membaca al fatihah dan gugur baginya pada shalat jahriyyah ( imam mengeraskan bacaannya seperti shalat subuh , 2 rakaat awal magrib dan isya' dll )  krn dia memdengar bacaan imam dan bacaan imam merupakan bacaan makmum
4. Disebutkan dalam shifat shalat nabi karya syeikh Muhammad Nasiruddin Al Albany hal 99-100 (ttg bacaan makmum ) sbb :
A] bila imam membaca keras maka makmum memdengarkan dan tidak membaca .
B] diamnya makmum utk mendengarkan merupakan kesempurnaan bermakmum Rasulullah bersabda  " dijadikan imam sebagi panutan/utk diikuti makmum, jika ia bertakbir bertakbirlah kalian dan jika dia membaca maka diamlah kalian ( HR. Ibnu abi syaibah, abu dawud muslim abu 'awanah dan rauyani lihat irwaul ghalil hadist no 332 dan 394)
C] Jadi mendengar bacaan imam  menjadiakna makmum tdk perlu membaca lagi  dgn dalil :  Barang siapa mengikuti imam maka bacaan imam telah menjadi bacaan makmum ( hr. Ibnu Abi syaibah, Daruqutni , ibnu majah, thahawi , Ahmad, dan beberapa jalan lainnya )
D] Makmum wajib membaca alfatihah sendiri ketika shalat sirr, Jabir radhoyallahu 'anhu berkata : kami dahulu membaca sendiri al fatihah dan surat lain dibelakang imam ketika shalat dhuhur dan asyar pada rakaat pertama dan kedua sedangkan pada rakaat ketiga dan ke empat hanya membaca Al Fatihah ( HR. Ibnu majah dgn sanad shahih, lihat irwa' hadist no. 506)
E] Bacaan dalam shalat sirr ini tidak boleh menganggu makmum yg lainnya , pernah Rasulullah mengimami para sahabat shalat, diantara mereka ada yg bacaan nya menganggu makmum yg lainnya maka Beliau bersabda ;  siapa diantara kalian  tadi membaca sabihisma rabikal a'alaa, seseorang menjawab : saya (tapi maksudku baik) maka Rasul bersabda " aku tahu ada orang yang membuat bacaan Alqur'anku terganggu ( Hr. Muslim, Abu Awanah dan siraj).
Dalam riwayat lain disebutkan ' kamu telah mengacaukan bacaan alqur'anku (Hr. Bukhari, ahmad siraj dgn sanad hasan)
Beliau juga bersabda :" Orang yang shalat sedang bermunajat kpd rabbnya oleh krn itu hendaklah ia memperhatikan munajatnya dan janganlah seseorang mengeraskan bacaan Al Qur'annya sehingga menganggu yg lainnya ( Hr. Bukhari, malik dgn sanad shahih )

Dinukil dr : Kitab Taisirul 'Alam syarah 'Umdatul Ahkam, Karya Abdullah Shalih Alu Bassam, Kitab As Sholat, Bab qiroatu fis shalat  , hadist no : 9
4  Jilid 1, hal:159-160 Cet. Maktabah Ar Rossyid Riyadh – KSA

One Day One Hadist ( odoh 249) Wajibnya Tumakninah Dalam Ruku dan Sujud



عَنْ أبي هُرَيرةَ رضيَ الله عَنْهُ أنَّ رَسُولَ- الله  صلى الله عليه وسلم دَخَلَ الْمَسْجِدَ فَدَخَلَ رَجُلٌ فَصَلَّى، ثمَّ جَاءَ فَسَلَّمَ عَلى النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم  فَقَالَ: " ارْجع فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ ". فَرَجَعَ فَصَلى كَمَا صَلَّى، ثُم جَاءَ فَسَلمَ عَلى النَبي صلى الله عليه وسلم  فَقَالَ:" ارْجعْ فَصَلِّ، فَإنَّكَ لَمْ تُصَل" ثلاثاً.  فقال: وَالَّذِي بَعَثَكَ بالْحَقِّ مَا أُحْسِنُ غَيره فَعَلِّمْني.  فقال: "إِذا قُمْتَ إلَى الصَّلاةِ، فَكَبِّرْ، ثم اقْرأ مَا تَيَسَّر مَعَكَ مِنَ الْقرْآنِ ثم اركعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعاً، ثمَّ ارفَعْ حَتَى تَعْتدِلَ قَائِماً، ثمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجداً، ثم ارْفعْ حَتَى تَطْمَئِنَّ جَالِساً. وَافْعَلْ ذلِكَ في صَلاتِكَ كُلِّهَاَ.
Dari Abu  Hurairah Sesungguhnya Rasulullah masuk kedalam masjid kemudian salah seorang masuk kedalam masjid dan shalat, lalu dia datang dan mengucapkan salam kepada Rasulullah, Maka Rasulullah bersabda : “ kembali dan  shalatlah, sesungguhnya engau belum shalat,  maka ia mengulang kembali shalatnya sebagaimana yang pertama, lalu datang lagi kepada Rasulullah dan mengucapkan salam , Maka Rasulullah bersabda : “ kembali dan  shalatlah, sesungguhnya engau belum shalat, hal ini hingga terulang 3 X , kemudian orang tersebut berkata : “ demi dzat yang mengutus engkau dengan kebenaran aku tidak bisa lebih bagus selain shalat yang aku lakukan tadi, maka ajarilah aku” , maka rasulullah bersabda : ‘” jika engkau berdiri hendak shalat maka bertakbirlah, kemudian bacalah apa yang mudah bagi kamu dari Al Qur’an kemudian ruku’lah sehingga tumakninah ketika ruku’ kemudian bangkitlah sehingga tegak berdiri kemudian sujudlah dengan tumakninah , kemudian duduklah hingga engkau tumakniah ketika duduk, lakukan hal ini dala seluruh shalatmu.
Makna dan Faedah Hadist :
1.     Para ulama menamakan hadist yang mulia ini dengan “ hadist musi fi shalatihi “ ( hadist tentang orang yang lalai dalam shalatnya ) sehingga Rasulullah ajarkan tata cara shalat yag benar

2.     Beberapa amalan-amalan yang disebutkan dalam hadist diatas adalah rukun – rukun dalam shalat yang tidak bisa gugur karena sebab lupa atau bodoh yaitu :

a)     Takbiratul ihram pada rakaat pertama
b)     Membaca Al Fatihah pada tiap rakaat.
c)     Ruku dengan I’tidak (setiap sendi menempati posisinya ) dan tumakninan ( tenang )
d)     Sujud dengan I’tidak (setiap sendi menempati posisinya) dan tumakninan ( tenang )
e)     Tukmaninah pada setiap gerakan ini demikian juga ketika bangkit dar sujud
                                         
3.     Mengulang tiap-tiap gerakan diatas disetiap rakaatnya selain takbiratul ihram ( hanya pada awal shalat saja )

4.     Hal ini menunjukkan sunnahnya amalan-amalan shalat yang  tidak disebutkan dalam hadist diatas

5.     Dalam hadist ini menunjukkan dalil wajibnya tertib dan berurutan diantara amalan-amalan shalat tersebut karena datang dengan lafadz stumma  (ثُمَّ  ) dalam rangka mengajarkan  kepada orang awam  tentang tatacara dan hukum2nya.

6.     Rukun-rukun shalat ini tidak bisa di gugurkan dengan sebab lupa dan jahil ( tidak mengerti) dengan dalil Rasulullah memerintahkan untuk mengulangi shalatnya dan tidak mencukupkan dengan mengajarinya saja .


7.     Hadist ini menunjukkan tidak sahnya shalat nya orang yang salahfatal , seandainya sah niscaya Rasulullah tidak memerintahkan untuk mengulangi shalatnya.

8.     Hadist ini menunjukkn orang yang jahil diberi pahala atas shalatnya walaupun kurang sempurna adapun orang yang alim tidak .


9.     Hadist ini menunjukkan disyari’atkannya mengajarkan ilmu dan amar mak’ruf dengan cara yang baik dan mudah bukan dengan kekerasan dan hendaknya seorang pengajar mengunakan cara yang bisa menimbulkan kerinduan terhadap ilmu agar lebih mengena dan melekat dalam ingatan

10.  Doa iftitah , membaca ta’awudz mengangkat kedua tangan dan meletakkannya didada dan gerakan2 selainnya dari ini semua hukumnya mustahab


11.  Seorang pengajar hendaklah memulai pelajarannya dengan hal-hal yang lebih penting dari perkara-perkara yang penting dan mendahulukan yang wajib dari pada yang sunnah

12.   Imam As shon’ani mengatakan “ ketahuilah bahwasanya hadist musi’ fi shalatihi  ini luas sekali pembicaraanya dikalangan para ulama dengan banyak makna dan pemahamannya’


Dinukil dr : Kitab Taisirul 'Alam syarah 'Umdatul Ahkam, Karya Abdullah Shalih Alu Bassam, Kitab As Sholat, Bab wujubu tumakninati fir ruku was sujud  , hadist no : 93  Jilid 1, hal:154-157 Cet. Maktabah Ar Rossyid Riyadh – KSA