ODOH 219
SUNNAHNYA ADAN 2 X DIWAKTU AKHIR MALAM
عَنْ عَبْدِ الله بْنِ عُمَرَ عَنْ رَسُولِ الله صلى الله عليه وسلم
قَالَ: " إِنَّ بِلالا يُؤَذِّنُ بِلَيْلٍ . فَكُلُوا حَتى يُؤَذن ابْنُ أم
مَكْتُوم".
Dari Abdullah Bin Umar Dari Rasulullah shalallahu 'alahi wasallam beliau
bersabda " sesungguhnya bilal itu adzan diwaktu malam, maka hendaklah
kalian makan dan minum (sahur ) sampai Ibnu Umii Maktum adan.
Makna Dan Faedah Hadist:
1. Dizaman Rasulullah ada 2 muadzin yaitu , bilal bin rabbah dan
Abdullah bin ummi maktum, hal ini menunjukkan bolehnya mengambil 2
muadzin dalam satu masjid dan hendaknya masing2 adzan pada waktunya yg
sudah ditentukan
2. Bilal adzan sebelum muncul fajar siddiq disaat kaum muslimin masih
tidur sehingga perlu persiapan sebelum masuk fajar, Hal ini menunjukkan
bolehnya adzan fajar sebelum masuk waktunya.
3. Bolehnya mengambil seorang yg buta utk menjadi muadzin dan
mengikutinya krn sesungguhnya Abdullah bin ummi maktum adalah seorang
sahabat yg buta.
4. Didalam hadist ini terdapat sunnahnya mengingatkan penduduk negri
atau suatu tempat utk melakukan adzan sebelum terbit fajar sehingga
mereka melaksanakan syariat itu diatas ilmu (membangunkan kaum muslimin
dengan adzan bukan dengan shalawatan yg keras dan terus menerus /
membaca Al qur'an disepeker masjid yg justru menganggu kaum muslimin yg
sedang qiyamul lail pent. )
5. Menjadikan muadzin yg kedua mengumandangkan adzan ketika terbit fajar siddiq ( masuk waktu subuh)
6. Sunnahnya tidak berhenti makan dan minum ( sahur ) bagi orang yg
hendak berpuasa sampai pasti bahwa fajar shadiq telah terbit ( dgn
dikumandangkan adzan subuh ), krn Allah berfiman kullu was robbu. (Makan
dan minumlah ..dst dan akhir waktu sahur adalah ketika adzan subuh
bukan dgn imsaq sebagaiamana kebiasan dinegri in, pent.)
7.Bolehnya beramal dgn khobar ahad ( berita dari satu orang ) apabila orang tsb dikenal stiqoh / dapat dipercaya.
Dinukil dr : Kitab Taisirul 'Alam syarah 'Umdatul Ahkam, Karya Abdullah
Shaleh Alu Bassam, Kitabus Sholat Bab Adzan wal Iqomah hadist no 63,
Jilid 1, hal : 109, Cet. Maktabah Ar Rossyid Riyadh – KSA
سُلَيْمَان اَبُوْ شَيْخَه
2837AECC / 287302DE
أَسْعَدَ اللّهُ اَيَّامَكُمْ
Semoga Allah Ta'alaa menjadikan hari-harimu penuh dgn kebahagiaan
Sent from BlackBerry®
Rabu, 25 Februari 2015
One Day One Hadist ( ODOH 218) SUNNAH MENJAWAB ADZAN KETIKA MENDENGARKAN ADZAN
One Day One Hadist ( ODOH 218)
SUNNAH MENJAWAB ADZAN KETIKA
MENDENGARKAN ADZAN
عَنْ أبي جُحَيْفَةَ وَهْبِ بْنِ عَبْدِ الله السُوَائي قالَ: أتيتُ النَّبيَ صلى الله عليه وسلم وهوَ في قُبّةٍ لَه
حَمرَاءَ مِنْ أدَم، قَالَ: فخَرَج بِلالٌ بوَضُوءٍ ، فَمِنْ نَاضِح وَنائِل
فَخَرَجَ النَّبيُّ صلى الله عليه وسلم وَعَلَيهِ
حُلَّةٌ حَمْرَاءُ كَأنّي أنْظرُ إلَى بياضِ سَاقَيهِ، قَالَ: فَتوَضأ وَأذّنَ
بِلال. قال: فَجَعَلْتُ أتَتَبَّع فَاهُ ههُنَا ههُنَا، يَقُولُ يَميناً
وشِمَالاً. حَي عَلَى الصَّلاةِ، حَيَّ عَلَى الفَلاح. ثُمَّ رُكِزَتْ لَهُ
عَنَزَة فَتَقَدَّم وَصَلّى الظهْرَ رَكعَتَينِ. ثُم لم يزَل يُصلي رَكْعَتَين
حَتَّى رَجَعَ إلَى المَدِينَةِ.
Dari abu juhaifah
wahb bin abdillah as suwa’i ( seorang sahabat nabi yang mulia ) dia berkata aku
mendatangi Rasulullah yang berada dalam kemah, dan beliau dalam keadaan membawa
tempat air dari kulit yang sudah disamak, Abu Juhaifah berkata ; lalu bilal
keluar dengan membawa bejana yang sudah berisi air untuk berwudhu , kemudian
bilal mengambil air wudhu yang dipakai oleh Rasulullah untuk mengharapkan
berkah, kemudian Rasulullah keluar dengan memakai baju yang berwarna merah, dan
saya ( kata Abu Juhaifah) melihat putihnya betis rasulullah, Abu Juhaifah berkata, maka Rasulullah
berwudhu disitu dan kemudian
bilal Adzan, aku mengikuti apa yang diucapkan oleh bilal dengan menoleh
kekanan, dan kekiri, dengan membaca hayaa ‘alash sholah dan hanyya ‘alaal
falah, lalu ditancapkan tongkat yang ada besi pada ujungnya kemudian beliau
mendekat kepada tongkat tersebut
kemudian shalat dhuhur dua rakaat, rasulullah terus melakukan shalat
shalat dua rakaat itu sampa beliau pulang kemadinah
Makna Dan Faedah
Hadist :
1.
Disyari’atkannya bagi
muadzin menoleh kekanan dan kekiri ketika mengucapkan hayaa ‘alash sholah
dan hanyya ‘alaal falah , hikmahnya adalah untuk menyampaikan suara itu
kepada orang-orang yang ada di sebelah kanan dan kiri masjid agar mereka segera
datang ke masjid untuk melaksanakan shalat berjama’ah
2.
Disyaria’tkannya menqoshor (meringkas)
sholat yang empat rakaat menjadi dua rakaat ketika dalam safar / bepergian
jauh.
3.
Disyariatkannya meletakkan
sutroh ( pembatas shalat ) didepan atau di hadapan orang yang shalat ( jika
tiadak ada pembatas seperti di tanah lapang , di masjid yg luas dsn ) sebagai
batasan dalam shalat dan sutrohnya makmum adalah imam, walaupun dimakkah.
4.
Sangat cintanya para
sahabat Nabi kepada Rasulullah sehingga mereka senantiasa mengambil berkah pada
bekas-bekas beliau akan tetapi yang demikian itu tidak boleh dilakukan kepada
selain Rasulullah seperti ulama, kyai, ustadz dsb, karena amalan ini adalah
kekuhususan untuk Rasulullah saja bukan pada yang lainnya maka barang siapa
yang mengqiaskan ( menyamakan ) hal tersebut ( mencari berkah ) kepada selain
rasulullah maka sungguh dia telah salah jalan dan keliru sekali.
5.
Dalam hadist- hadist
shahih banyak terdapat larangan bagi
laki-laki mengunakan baju yang berwarna merah polos sebagaimana yang terdapat
dalam Hadits Al Baro’ bin ‘Azib, ia
berkata,
نَهَانَا النَّبِىُّ – صلى الله عليه
وسلم – عَنِ الْمَيَاثِرِ الْحُمْرِ وَالْقَسِّىِّ
“Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kami mengenakan ranjang (yang lembut)
yang berwarna merah dan qasiy (pakaian yang bercorak sutera).” (HR. Bukhari
no. 5838)
Dari Ibnu
‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,
نُهِيتُ عَنْ الثَّوْبِ الْأَحْمَرِ
وَخَاتَمِ الذَّهَبِ وَأَنْ أَقْرَأَ وَأَنَا رَاكِعٌ
“Aku
dilarang untuk memakai kain yang berwarna merah, memakai cincin emas dan
membaca Al-Qur’an saat rukuk.” (HR. An Nasai no. 5266. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)
Maka
bagaimana dengan apa yang telah disebutkan tadi bahwa Rasulullah mengunakan
pakaian berwarna merah ?
Ibnu
Qoyyim berkata : dalam kitabnya “ Al hadyu an nabawi “ atau “ Zadul ma’ad “ :
yang dimaksud kullah hamro’ ( dalam hadist diatas ) bukan merah murni namun merah yang ada
garis-garisnya
Saya
( syeikh ali bassam pent.) melihat guru saya ( syeikh Abdurrahman As Sa’diy
rahimahullah) memakai pakaian seperti itu untuk menunjukkan kebolehannya
Namun
yang Ahsan menjama’ hadist yang melarang dan membolehkan mengunakan pakaian
berwarna merah bagi laki-laki sebagaiaman pendapat Ibnu Qayyim yang menjama’
permasalahan ini, bahwa yang terlarang adalah “ mengunakan pakaian yang
berwarna merah murni ( polos ), maka bagaimanakah mengunakan pakaian yang
bergaris-garis ? wallahu a’lam bishowab
Untuk
detailnya pembahasan pakaian ini silahkan ruju :
3.
,و الله أعلم بالصواب
Dinukil dr : Kitab Taisirul 'Alam syarah 'Umdatul Ahkam, Karya
Abdullah Shalih Alu Bassam, Kitabus Sholat Bab Adzan wal Iqomah hadist
no 62, Jilid 1, hal : 104- 106, Cet. Maktabah Ar Rossyid Riyadh – KSA
سُلَيْمَان اَبُوْ شَيْخَه
2837AECC / 287302DE
2837AECC / 287302DE
أَسْعَدَ
اللّهُ اَيَّامَكُمْ
Semoga Allah Ta'alaa menjadikan hari-harimu penuh dgn kebahagiaan
Sent from BlackBerry®
Semoga Allah Ta'alaa menjadikan hari-harimu penuh dgn kebahagiaan
Sent from BlackBerry®
Langganan:
Postingan (Atom)